Bermacam tabiat mulia yang dimiliki para sahabat Nabi
berrkat aqidah yang ditanamkan Nabi Muhammad S.A.W., diantaranya Sa’ad bin Rabi’,
walau seorang hartawan namun jiwa persaudaraannya begitu kokoh dan luar biasa
akrabnya.
Nama lengkap Sa’ad bin Rabi’ bin Amr bin Abi Zubair,
termasuk salah satu diantara 12 pemimpin Anshar yang terpilih dalam Bai’at
Aqobah II, ikut dalam peperanggan Badar dan Uhud.
Nabi mempersaudarakan dengan Abdur Rahman bin ‘Auf, Sa’ad
berkata kepada ‘Abdur Rahman :” Aku
adalah orang terkaya di Madinah. Jika engkau mau silakan ambil separuh dari
hartaku. Aku juga mempunyyai 2 orang istri silakan pilih mana yang kau suka,
aku akan menceraikannya, setelah itu silakan kau nikahi dia!”.
Berkat kebesaran jiwwanya, tawaran ini bukannya diterima
justru ditolaknya dengan halus. Sikap yang menunjukkan jiwa sehat, jiwa yang
tidak suka menerima justru lebih suka berusaha dengan usahanya sendiri.
Dengan santunnya Abdur Rahman bin ‘Auf menjawab: “ Semoga Allah memberkahi harta dan keluargamu, tolong tunjukkkan saja aku
pasar”.
Pada perang Uhud Rasulullah SAW berkata :” Siapakah diantara kalian yyang bersedia mencari berita untukkku
tentang keadaan Sa’ad bin Rabi’, apakah dia masih hidup atau gugur?.”
Salah seorang sahabat, Muhammad bin Maslamah atau Ubayy bin
Ka’ab menjawab: “ Saya sanggup mencari
berita untukmu ya Rasulullah”.
Iapun pergi dan mengitarri medan perang sambil berterriak
berulang-ulang :” Wahai Sa’ad bin Rabi’”,
Sa’ad bin Rabi menjawab “Apa keperluanmu,
mengapa anda memanggil namaku?”.
Dia menjawab: “Aku
diutus Rasulullah SAW untuk mennyampaikan kepada beliau tentang kondisimu saat
ini,” Sa’ad menjawab:” Pergilah
menemui Rasulullah, sampaikan salamku kepada beliau dan kabari beliau, bahwa
aku terkena 12 luka tusukan, aku berrhasil menikan orang yang menikamku,
sampaikan kepada pasukan kaum muslimin bahwa Allah tidak akan memaafkan kalian
jika kalian membiarkan Nabi dibunuh sementara kalian masih bernafas!”.
Sa’ad wafat akibat luka yang dideritanya dalam perang Uhud
tahun 3 Hujriyah.
(sumber :
Al Hakim edisi 347/VIII)
Dari kisah tauladan diatas, nyatalah bahwa para sahabat
Rasulullah begitu dermawan dan sangat menjunjung tinggi agama Islam, bahkan
mereka tidak mementingkan harta bedanya, semua dikorbankan untuk agama Allah.
Cobalah kita bandingkan dengan para hartawan jaman sekarang……
Dimana banyak orang-orang yang memiliki kedudukan justru
berusaha melebarkan “dinastinya” untuk mempertahankan kekuasaan dan hartanya.
Bukan hanya mereka yang memiliki kedudukan di pemerintahan, bahkan pelaku seni
pun banyak yang memperlihatkan pola
hidup mewah yang justru dipertontonkan ke masyarakat untuk mengangkat
popularitasnya. Lebih parah lagi, ada penggacara yang justru menjejali anaknya dengan barang-barang mewah
seakan-akan itu hal yang wajar tanpa memikirkan kondisi masyarakan saat ini
yang semakin terhimpit.
Coba kita baca tulisan dari Al Islam edisi 540/
XVIII : Sebanyak 17 dari 33 gubernur di Indonesia tersangkut perkara
hingga harus dinonaktifkan. Hampir setiap minggu ada kepala daerah yang
ditetapkan sebagai tersangka (Kompas, 18/1/2011)
(1). Inilah fakta di negeri
yang menjadi ‘jawara’ demokrasi, pemilu yang berbiaya puluhan triliun
rupiah ternyata hanyya menghasilkan para pejabat ‘kriminal’, selain tidak
menghasilkan kesejahteraan bagi rakyat.
No comments:
Post a Comment