Friday 16 June 2017

Hadits -Hadits di bulan Ramadhan

Hadits-Hadits di Bulan Ramadhan

      Alhamdulillah, segala puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga tercurah pada junjungan kita Nabi Muhammad (SAW), keluarga, sahabat serta para pengikutnya yang baik hingga hari Kiamat, Amma ba'du:

      Para pembaca yang dirahmati Allah, bulan Ramadhan adalah bulan yang sangat mulia, yang kedatangannya ditunggu-tunggu oleh setiap muslim karena untuk mendapatkan keutamaan-keutamaannya. Banyak sekali hadits shahih yang menjelaskan keutamaan dan kemuliaan bulan Ramadhan sehingga para pendahulu kita dari orang-orang yang shalih sangat bersungguh-sungguh untuk menggapainya. Namun, sayangnya, dari sekian banyak hadits shahih yang dapat memacu semangat kita beribadah di bulan Ramadhan, masih ada hadits-hadits lemah bahkan palsu di seputar Ramadhan yang tersebar oleh para penceramah dan khatib. Maka sebagai bentuk nasihat untuk kita semua maka ketahuilah bahwa hadits-hadits yang shahih sudah cukup menyibukkan diri kita dari mencari yang hadits-hadits lemah. Al Imam Abdullah bin Mubarak mengatakan: “(Menyebutkan) hadits shahih itu menyibukkan (diri) dari yang dha'if-nya."

      Boleh jadi munculnya hadits-hadits lemah dan palsu ada yang karena niat baik agar manusia bersemangat dalam ibadah, sebagaimana juga terkadang makna hadits yang lemah tersebut benar. Namun, tetap kita tidak boleh menisbahkan suatu perkataan sebagai hadits Nabi kecuali bila benar-benar shahih / valid dari Nabi (SAW), karena Rasulullah bersabda:  “Barang siapa berdusta atasku dengan sengaja maka siapkan tempat duduknya di neraka."


Hadits-hadits lemah dan palsu di bulan Ramadhan

     Sidang pembaca yang dirahmati Allah, banyak sekali hadits~hadits lemah palsu berkaitan dengan Ramadhan. Namun, penulis sebutkan yang marak tersebar saat penulis sendiri mendengarnya langsung di beberapa khotbah Jum'at. 

1. Hadits awal Ramadhan adalah rahmat.
 "Awal bulan Ramadhan itu adalah rahmat. tengahnya adalah maghfirah (ampunan) dan akhirnya merupakan pembebasan dari api neraka."
(HR. lbnu Abi Dunya, lbnu Asakir, Dailami. dan lain-lain lewat jalur periwayatan Abu Hurairah)

Derajat hadits: Dha'lijlddan (sangat laman). 
Silakan lihat kitab Dha'if jami'is Shaghir. no. 2134 dan Faidhul Qadir. no. 2315.

2. Hadits tidurnya orang yang berpuasa adalah ibadah.
 Tidurnya orang yang sedang berpuasa itu ibadah, diamnya merupakan tasbih, amal perbuatannya (akan dibalas) dengan berlipat ganda, doanya mustajab, dan dosanya diampuni."
(HR. Al-Baihaqi dalam Syu'abul Iman dan lain-lain dari jalur periwayatan Abdullah bin Abi Aufa)

Derajat hadits: Maudhu' (palsu).

Karena dalam sanadnya terdapat seorang perawi yang bernama Sulaiman bin Amr an-Nakha'i. seorang pendusta. (Lihat takhrijnya dalam kitab Silsilah Hadits Dha'ifah. no. 4696)

Di antara dampak negatif dari hadits ini adalah menjadikan sebagian orang malas dan banyak tidur di bulan puasa dengan alasan hadits ini. Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin pernah ditanya tentang seorang yang ketika bulan puasa, dia tidur sepanjang hari, bagaimana hukumnya? Dan bagaimana juga kalau dia bangun untuk melakukan kewajiban lalu tidur lagi?!

Beliau menjawab: Pertanyaan ini mengandung dua permasalahan. Pertama, orang yang tidur seharian dan tidak bangun sama sekali. tidak ragu lagi bahwa ia telah bermaksiat kepada Allah dengan meninggalkan shalat' maka hendaknya ia bertaubat kepada Allah dan menjalankan shalat tepat pada waktunya.

Kedua, orang yang tidur tetapi bangun mengerjakan shalat secara berjama'ah kemudian tidur lagi dan seterusnya. hukum orang ini tidak berdosa, hanya saja luput darinya kebaikan yang banyak, sebab orang yang berpuasa hendaknya menyibukkan dirinya dengan shalat, dzikir, do'a, membaca al-Qur'an, dan sebagainya sehingga mengumpulkan beraneka macam ibadah pada dirinya.

Maka nasihatku kepada orang ini agar tidak menghabiskan waktunya dengan banyak tidur, tetapi hendaknya bersemangat dalam ibadah. 
(Majmu' Fatawa wa Rasa'il lbnu 'Utsaimin (19:170-171. secara ringkas-dinukil dari koreksi Hadits-Hadits Dhoif Populer)

3. Hadits berpuasalah niscaya engkau sehat
 “Berpuasalah kalian niscaya kalian sehat."

Diriwayatkan oleh Ibnu Adi dalam al-Kamil (7:2521) dari jalan Nahsyal bin Sa`id dari adh-Dhahak dari Ibnu Abbas.

Derajat hadits: Dha'ifjiddan (lemah sekail). 

Karena terdapat perawi yang yang bernama Nahsyal dan dia adalah rawi yang matruk (ditinggalkan) dan suka berdusta. Ishaq ibn Rahawaih berkata: (Dia) pendusta. (Lihat Silsilah Hadits Dha'ifah no. 253)

Hadits ini maknanya benar bahwa puasa dapat menyehatkan badan dan badan dan dapat mengusir beberapa penyakit yang berbahaya bagi manusia. Syaikh al-Albani pernah bercerita, "Pada akhir tahun 1379 H (sekitar 1960 M. Red), saya pernah melaparkan diri selama 40 hari berturut-turut, saya tidak pernah merasakan makanan sedikit pun. saya hanya minum air saja. Semua itu saya lakukan untuk pengobatan dari sebagian penyakit, akhirnya saya diberi kesembuhan dari sebagian penyakit, padahal sebelumnya saya telah berobat kepada sebagian dokter selama 10 tahun lamanya, tanpa ada
hasil yang tampak jelas." (Silsilah Hadits Dha'ifah 1:419) `

4. Doa buka puasa 

  "Jika Nabi  berpuasa maka beliau berdoa. 'Ya Allah untuk-Mu aku berpuasa dan dengan rizki-Mu aku berbuka, maka terimalah puasaku. sesungguhnya Engkau Maha mendengar lagi Maha mengetahui”

Diriwayatkan oleh ath-Thabrani dalam Mu'jamul Kabir no. 12720, ad-Daruqutni dalam Sunan-nya no. 240, dan lbnu Sunni dalam 'Amalul Yaum wal lailah no. 474 dan' jalan Abdul Malik bm Harun bln Antharah dari lapaknya dari kakeknya dari Ibnu Abbas.

Derajat hadits: Dha'if jiddlan (lemah sekali). 

Karena rawi Abdul Malik bin Harun lemah sekali. Al Haitsami berkata: “Dalam hadits ini terdapat Abdul Malik ia seorang rawi yang lemah." (Lihat takhrij lengkapnya dalam lrwa'ul Ghalil no. 919)

Adapun doa berbuka puasa yang shahih dari Nabi adalah:

“Telah hilang rasa dahaga dan telah basah tenggorokan dan telah tetap pahala lnsyaallah." 
(HR. Abu Dawud no. 2357 dan lain lain dan dihasankan oleh Syaikh al-Albani dalam Irwa'ul Ghalil no. 920)

5. Keutamaan bulan Ramadhan

 ”Seandainya sekalian hamba mengetahui keutamaan bulan Ramadhan. niscaya mereka berangan-angan agar setiap tahun dijadikan  bulan seluruhnya"

Diriwayatkan oleh Ibnul Jauzi  dalam al Maudhu'at  (2:88-89) dari jalan Jarir bin Ayub al-Bajali dari Sya'bi dari Nafi' ibn Burdah dari Abu Mas'ud al Ghifari.

Derajat hadits (palsu). 

Karena rawi Jarir bin Ayub seorang pendusta yang masyhur. Abu Nu'aim berkata tentangnya, "Pemalsu hadits."

(Koreksi Hadits-Hadits Dhoif Populer no. 144)


Abu Haitsam Iqbal

---------
Sumber : Buletin Dakwah Islam Al Furqon (vol.5 No.4)

IBX5A6CA8B59E7E6

No comments:

Post a Comment