Monday 13 January 2014

SUDAH MABRURKAH HAJI KITA ?

Apakah Haji Kita Sudah Mabrur ?

 

”Barangsiapa yang menunaikan haji dengan niat semata-mata karena Allah, tidak berkata kotor dan berbuat fasik, maka ia akan menjadi sosok suci seperti bayi yang dilahirkan oleh ibunya.” (HR Bukhari)

Cita-cita semua orang yang menunaikan ibadah haji, selain ingin hajinya diterima (makbul), juga yang lebih penting ingin hajinya mabrur, yakni haji yang mendapatkan penilaian khusus di sisi Allah SWT. Haji mabrur dijanjikan keutamaan khusus dari Rasulullah SAW: ”Tidak ada haji yang balasannya surga selain haji yang mabrur.” (HR Bukhari-Muslim)

HAJI makbul biasa dicapai melalui penyempurnaan niat, rukun, syarat, dan sunah haji, tetapi haji mabrur membutuhkan waktu untuk menyadarinya. Di samping itu juga membutuhkan watak dan karakter individu yang andal dan konsisten (istiqamah).

Apa sesungguhnya haji mabrur itu, bagaimana meraihnya, dan bagaimana mempertahankannya. Dampak positif haji mabrur bukan hanya pada diri yang bersangkutan, tetapi juga di dalam masyarakat luas. Haji mabrur dapat menjadi kader yang andal di dalam menyelesaikan berbagai problem masyarakat dan bangsa kita. Dengan demikian, perwujudan haji mabrur patut diperjuangkan semua pihak.
Haji mabrur tidak diukur pada saat proses pelaksanaan haji, tetapi terutama seusai pelaksanaan ibadah haji itu sendiri. Kriteria haji mabrur juga menuntut syarat-syarat sosial seperti yang secara eksplisit disebutkan dalam Al Quran.


Barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats, berbuat fasik, dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. Dan, apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal (QS Al-Baqarah/2:197).
Berkata-kata kotor dan sembrono, berbuat keonaran (fasik), dan berbantah-bantahan, diberikan penegasan khusus oleh Allah SWT. Beranikah kita memutus dosa-dosa langganan kita selama ini, baik yang kecil-kecil apalagi yang besar-besar. Apakah masyarakat sekitar, terutama keluarga, sudah merasakan vibrasi positif dari kita. Dengan kata lain, apakah haji kita membawa kebaikan di masyarakat, khususnya di lingkungan keluarga terdekat kita.

Untuk membangkitkan kesadaran spiritual sebagai upaya menggapai haji mabrur, pengenalan makna dan simbol-simbol haji perlu juga mendapatkan perhatian khusus, terutama pemaknaan secara esoterik sejumlah tempat yang banyak mendapatkan perhatian umat.
Institusi Thawaf, misalnya, sebagai warisan dari Nabi Adam, selain menirukan cara beribadah para malaikat, juga menirukan perilaku alam raya. Ini semua membuktikan bahwa manusia sebagai partikel mikrokosmos harus juga tunduk dan pasrah (islam) dan konsisten (istiqamah) kepada Khaliqnya. Seorang Muslim yang ideal ialah selain menyatakan kepasrahan total kepada Allah SWT juga harus memancarkan nilai-nilai pencerahan di dalam kehidupan bermasyarakat. Tidak hanya menjunjung tinggi kesalehan individual, tetapi juga kesalehan sosial.
Dalam siklus kehidupan sehari-hari, manusia senantiasa menjalankan fungsi-fungsi tawaf. Orang-orang yang bertawaf di atas rel yang benar, mereka itulah disebut orang-orang yang berjalan di atas jalan yang lurus, jalan yang penuh kenikmatan (shirath alladzina an’amta ’alaihim).
Orang-orang musyrik, atau orang-orang yang melakukan loyalitas dan penghambaan ganda kepada lebih dari satu obyek yang seharusnya disembah, sesungguhnya telah menempuh rel menyimpang dalam kehidupannya sehingga Tuhan menggambarkannya dalam Surah Al-Hajj:
Barangsiapa mempersekutukan sesuatu dengan Allah, maka adalah ia seolah-olah jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh. (QS Al-Hajj/22:31)
Orang-orang yang menyimpang dari sistem global dan nilai-nilai universal sebagaimana ditetapkan Tuhan tidaklah tergolong haji mabrur, bahkan boleh jadi yang bersangkutan sesungguhnya orang-orang yang sesat. Nurani (cahaya) dalam hati mereka padam digantikan dengan hati dlulmani, hati yang gelap-gulita. Cermin batinnya yang buram tidak mampu lagi menangkap nur, cahaya Ilahi.
Mereka teralienasi oleh gemerlapnya kehidupan dunia. Mereka itu sangat berpotensi untuk membenarkan segala cara dalam memenuhi keinginannya. Mereka tidak lagi tergetar hatinya dalam menyaksikan penderitaan kaum dlu’afa’ yang semakin dla’if karena paham individualisme sedemikian merasuk ke dalam pikirannya. Orang-orang seperti ini sulit merasakan ketenangan dan ketenteraman hakiki karena dalam jiwanya dipadati power struggle, ambisi berlebihan, dan pada akhirnya mereka merasa kelelahan karena tersedot oleh energinya sendiri. Ini bisa ditebak bahwa sepanjang seseorang masih seperti ini, sulit kiranya haji mabrur menyertai kita.
Godaan mempertahankan haji mabrur juga tidak gampang karena terkadang yang kita harus hadapi bukan orang lain, melainkan diri sendiri. Kiat-kiat mempertahankan kemabruran haji tentu saja yang bersangkutan diharapkan tetap mempertahankan ibadah sosial yang paralel dengan ibadah mahdlah. Semoga para hujjaj kita tahun ini memperoleh haji mabrur.

Memakai gelar Haji / Hajjah.....bolehkah dalam Islam ?


Silakan link ke : Gelar Haji / Hajjah.....bolehkah dalam Islam?

Sumber : Kompas.com (Nasaruddin Umar Katib Am PB NU & Rektor PTIQ Jakarta, nasar.umaryahoo.com)

 



Friday 10 January 2014

Raport Merah Rezim Sekuler

Refleksi Akhir Tahun 2013




Indonesia adalah negeri yang kaya. Namun tak habis-habisnya diterpa masalah. Nasib yang sama dialami kaum muslimin di berbagai belahan dunia. Di Indonesia, dinamika politik, ekonomi, sosial, budaya dan hankam selama tahun 2013 menunjukkan betapa negeri ini belum mapan dan jauh dari harapan.




DEMOKRASI dan GURITA KORUPSI

Tahun 2013, tahun penting menjelang suksesi kepemimpinan. Parpol pun berancang-ancang berebut kekuasaan. Puluhan parpol mendafatr, namun hanya 12 parpol yang berhak berebut suara di pemilu. Hampir semuanya parpol lama, orangnya stok lama. Di saat yang sama tabir busuk parpol mulai terkuakk. Syahwat mengumpulkkan uang dengan segala cara untuk membiayai proses politik demokrarsi tak dapat ditahan lagi.
Maka jadilah parpol sarang koruptor. Wakil-wakil rakyat satu per satu dicokok KPK. Korupsi juga dilakukan oleh birokrat di berbagai sektor. Dilakukan oleh pejabat berbagai kementrian, jenderal polisi, kepala SKK migas, badan yang mengurusi pengelolaan usaha hulu migas, bahkan ketua MK.

Korupsi juga menyebar ke seantero negeri, dilakukan oleh para kepala daerah.
Kemendagri mencatat, 309 kepala daerah terjerat kaksus korupsi sejak pilkada langsung 2005, baik berstatus tersangka, terdakwa maupun terpidana. Dirjen Otda Djohermansyah Djohan menilai faktor utama semua ini adalah tingginya biaya politik selama pilkada. Itulah mengapa, muncul politik dinasti. Begitu ada yang berkuasa, kekuasaan terus dipertahankan pada dinastinya. Pakar menyebutnya "cacat bawaan demokrasi". Sebab mendasarnya adalah bobrok dan rusaknya sistem politik demokrasi. Cukuplah jadi bukti, banyaknya pejabat politik, politisi dan kepala daerah yang merupakan produk langsung demokrasi, ramai-ramai terjerat korupsi. Bahkan begitu rusaknya sistem ini, siapapun yang masuk ke dalamnya, yang semula baik, akhirnya terseret juga.


MENARIK IBRAH
  1. Setiap penerapan sistem sekuler, yakni sistem yang tidak bersumber dari Allah SWT, Sang Pencipta manusia, kehidupan dan alam semesta, pasti akan menimbulkan kerusakan dan kerugian bagi umat manusia. Dikuasainya sumber daya kekayaan alam negeri ini oleh kekuatan asing, maraknya korupsi di seluruh sendi di seantero negeri, konflik horizontal yang tiada henti, kenakalan dan kriminalitas di kalangan remaja yang tumbuh di mana-mana adalah bukti nyata dari kerusakan dan kerugian itu. Ditambah dengan kedzaliman yang diderita umat di berbagai negara, serta sulitnya perubahan ke arah Islam dilakukan oleh karena dihambat oleh negara Barat yang tidak kehilangan kendali kontrol atas wilayah-wilayah di Dunia Islam, semestinya menyadarkan kita semua untuk bersegera kembali kepada jalan yang benar, yakni jalan yang diridhai oleh Allah SWT, dan meninggalkan semua bentuk sistem dan ideologi kufur, terutama kapitalisme yang nyata-nyata sangat merusak dan merugikan umat manusia. Allah telah mengingatkan : "Jika sekiranya penduduk negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami limpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya." (QS Al-A'raf (7): 96)
  2.  Demokrasi dalam teorinya adalah sistem yang memberikan ruang kepada kehendak rakyat. Tapi dalam kenyataannya negara-negara Barat tidak pernah membiarkan rakyat di negeri-negeri muslim membawa negaranya ke arah Islam. Mereka selalu berusaha agar sistem yang diterapkan tetaplah sistem sekuler meski dibolehkan dengan selubung Islam, serta penguasanya tetaplah mereka mau berkompromi dengan kepentingan Barat. Itulah yang terjadi saat ini di negeri ini, sebagaimana tampak dari proses legislasi di parlemen dan kebijakan-kebijakan yang diambil oleh pemerintah, khususnya di bidang ekonomi dan politik yang sangat pro terhadap kepentingan Barat. Cengkeraman Barat juga tampak di negeri-negeri muslim yang tengah bergolak seperti di Suriah, begitu juga di Mesir dan negara-negara lain di kawasan Timur Tengah. Kenyataan ini juga semestinya memberikan peringatan umat Islam untuk tidak mudah terkooptasi oleh kepentingan negara penjajah. Juga peringatan kepada penguasa dimanapun untuk menjalankan kekuasaannya dengan benar, penuh amanah demi tegaknya kebenaran Islam, bukan demi memperturutkan nafsu serakah kekuasaan dan kesetiaan pada negara penjajah.
  3. Bila kita ingin sungguh-sungguh lepas dari berbagai persoalan yang tengah membelit negeri ini seperti sebagiannya telah diuraikan di atas, maka kita harus memilih sistem yang baik dan pemimpin yang amanah. Sistem yang baik hanya mungkin datang dari Dzat yang Maha Baik, itulah syariah Islam dan pemimpin yang amanah adalah yang mau tunduk pada sistem yang baik itu. Di sinilah esensi seruan Selamatkan Indonesia dengan Syariah yang gencar diserukan oleh Hizbut Tahrir Indonesia.
      
  4. Karena itu, harus ada usaha sungguh-sungguh dengan penuh keikhlasan dan kesabaran serta kerjasama dari seluruh komponen umat Islam di negeri ini untuk menghentikan sekularisme dan menegakkan syariah dan khilafah. Hanya dengan sistem berdasar syariah yang dipimpin oleh seorang khalifah, Indonesia dan juga dunia, benar-benar bisa menjadi baik. Syariah adalah jalan satu-satunya untuk memberikan kebaikan dan kerahmatan Islam bagi seluruh alam semesta, sedemikian sehingga kedzaliman dan penjajahan bisa dihapuskan di muka bumi. Insya Allah.


(Sumber: Al Islam, Edisi 686, 24 Shafar 1435 H (27 Desember 2013 M)